Tersebutlah ada dua orang pendeta kakak beradik bernama Pandita Buana dan Pandita Wisesa. Selama hidupnya antara kedua pendeta itu selalu saling bertanya jawab masalah “hidup” dan mereka selalu berpikir mengenai nilai-nilai kehidupan. Pendeta Buna bertempat tinggal di sebuah kampung besar yang bernama Jembar ngalah, sedangkan pendeta Wisesa bertempat tinggal di sebuah kampung kecil bernama jaman Ngalah.
Pertanyaan pertama diajukan oleh pendeta Wisesa yang kemudian dijawab oleh Pendeta Buana. Adapun pertanyaanya itu adalah:” Tatkala kita hidup di dunia, bagaimana asal muasalnya dan bagaimana kita lahir dari orang tua”.
Pertanyaan pertama diajukan oleh pendeta Wisesa yang kemudian dijawab oleh Pendeta Buana. Adapun pertanyaanya itu adalah:” Tatkala kita hidup di dunia, bagaimana asal muasalnya dan bagaimana kita lahir dari orang tua”.
Kata Pendeta Buana;” Kita berada di tujuh alam, dan melalui tujuh alam itu kita lahir ke dunia”. Ketujuh alam itu ialah alam akhadiat, alam wahdat, alam wahidiat, alam arwah, alam ajam, alam misal dan alam insan kamil’. Pada akhir penjelasan tiap-tiap alam, pendeta Buana memberikan pandangannya berupa nasihat mengenai sikap kita terhadap anak yatim dan anak kita sendiri.
Selanjutnya, pendeta Buama memberikan pertanyaan kepada pendeta Wisesa yang isinya “Apa yang akan ditempuh oleh orang yang akan meninggal dunia”. Pendeta Wisesa menerangkan bahwa jalan yang ditempuh oleh orang yang akan mati melalui tujuh alam yang berlambangkan dalam badan kita sendiri, yaitu lidah, telinga, hidung, mata, kulit, otak dan kemaluan. Kepada tujuh anggota badan tersebut itulah kita mengabdi selama hidup.
Karena kesenangan di akhirat nanti sangat bergantung pada penggunaan ke tujuh anggota badan itu, yaitu apakah diabdikan untuk kehidupan duniawi saja atau juga bagi kepentingan hidup di akhirat nanti, maka Pendeta Wisesa memberi nasihat agar kita jangan terlalu mementingkan kehidupan duniawi saja ataujuga bagi kepentingan hidup di akhirat nanti, maka Pendeta Wisesa memberi nasihat agar kita jangan terlalu mementingkan kehidupan di dunia saja. Proses kematian, alam sesudah mati yang akan kita masuki, fungsi upacara-upacara tahlilan, sedekah kematian hari pertama, hari ketujuh, hari keempat puluh dan hari keseratus, oleh Pendeta Wisesa dijelaskan dengan panjang lebar.
Pertanyaan selanjutnya yang diajukan oleh Pendeta Wisesa setelah menjawab pertanyaan Pendeta Buana, “Apa yang dpat dibawa dari kehidupan di dunia untuk kepentingan hidup di akhirat nanti”. Pendeta Buana menerangkan bahwa ada lima hal pekerjaan di dunia, yaitu yang dilakukan oleh mata, hidung, telinga, mulut dan otak. Kelima pekerjaan itu seperti dilambangkan oleh rukun Islam. Keterangan mengenai rukun Islam pun oleh pendeta Buana dijelaskan dengan panjang lebar.
Nasihat-nasihat dari pendeta itu sangat penting buat kita yang pada pokoknya dalam hidup itu harus saling asah, asuh dan asih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar