Geusan Ulun yang menjadi raja di Sumedang masih keturunan Prabu Siliwangi, raja Pajajaran. Namun menurut silsilahnya juga masih ada hubungan saudara dengan Pangeran Girilaya dari Cirebon .
Geusan Ulun pergi menuntut ilmu di pesantren Demak. Ketika dalam perjalanan pulang ke Sumedang, ia mampir di Cirebon dan bertamu kepada Pangeran Girilaya. Permaisuri Pangeran Girilaya bernama Harisbaya, melayani Geusan Ulun atas perintah suaminya. Harisbaya jatuh cinta pada Geusan Ulun dan berusaha menggoda. Cinta harisbaya ternyata tidak bertepuk sebelah tangan sebab geusan Ulun pun menaruh hati. Pada suatu malam berikutnya, Harisbaya dibawa lari oleh geusan Ulun ke Sumedang
Pasukan tentara dari Cirebon segera mengejar. Terjadilah perkelahian. Namun tentara Cirebon tidk berhasil merebut kembali Harisbaya karena pasukan Sumedang yang dipimpin oleh Sayang Hawu berperang dengan penuh keberanian.
Serangan kedua kalinya dilaksanakan oleh pihak Cirebon setelah terlebih dahulu mengirimkan beberapa orang mata-mata. Korban peperangan dari kedua belah pihak cukup banyak, akhirnya peperangan antara Cirebon dan Sumedang ini dapat diselesaikan dengan jalan damai, yaitu dengan cara membicarakan yang menjadi pokok masalah. Karena Ratu Harisbaya menolak kembali ke Cirebon dan tetap mencintai Geusan ulun. Pangeran Girilaya bersedia melepaskannya dan menyerahkannya kepada Geusan Ulun. Sebaliknya, sebagai imbalan Geusan Ulun harus rela menyerahkan daerah Majalengka yang pada saat itu termasuk wilayah sumedang, menjadi wilayah Cirebon .
Ibu kota kerajaan sumedang dipindahkan dari Kutamaya ke Dayeuh Luhur. Perpindahan ini sebenarnya tidak usah terjadi andaikata tidak ada kesalahan komunikasi antara geusan Ulun dengan panglima-panglima perangnya. Namun oleh para panglima perpindahan ini dianggap untuk menghindarkan serangan total dari pasukan Cirebon , kalau-kalau tidak tunduk pada perjanjian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar